Selasa, 20 Desember 2016

SASTRA JAWA

 

 
Banyak yang masih rancu mengenai kata sastra, sebagian besar murid-murid dari SD hingga perkuliahan banyak yang mengesampingkan mengenai bab sastra, baik itu pelajaran sastra indonesia dan sastra budaya di setiap tempat di wilayah negara yang kita cintai ini REPUBLIK INDONESIA.

Sastra sendiri digali dari berbagai bahasa merujuk dari bahasa sanskrit atau lebih dikenal sebagai bahasa  Jawi / sansekerta.


Bagaimana bahasa inggris atau luar negeri memaknai sastra ?.
SASTRA = literature, humanities, philology [ Inggris ] = literatuur [ Belanda ]

Sastra Pada Kitab ( Babon ) kamus jawa kuna.
SASTRA = [ꦱꦱ꧀ꦠꦿ] (sastra) : I (S) kw. 1 layang, kawruh; 2 tulisan; 3 layang-layang, kawruh bab layang-layang (têtulisan). II (S) kw. ak : gêgaman. [ Kawi Jawa ]

Penjelasan mengenai sastra itu sendiri bagi masyarakat luas hanya sekedar sebuah bahasa, bukan dijadikan sebuah pengertian mengenai penjelasan, atau ajaran, atau bahkan sebuah pegangan hidup.

Sastra pada jaman dahulu kala disebut sebagai pengajaran, pegangan, pedoman bagi orang jawa (atau setiap daerah) untuk dipelajari tahap demi tahap nya.
Dalam tingkat kasusasteraan jawa hal ini dijelaskan dalam bentuk tembang, atau unen-unen, guneman, maupun sebuah kisah dan ditulis di lontar, batuan, tulang maupun geguritan lainnya  (ada kala itu sebagai bentuk tulisan aksara jawa,jawi, kawi, sanskrit), atau sekedar bahasa sehari-hari (ngoko, madya, krama, krama inggil)

Disini penulis mencoba menelaah pemahaman mengenai sastra dalam sudut pandang bahasa jawa.
Sastra jawa terkenal dengan pemisahan-pemisahan ajaran untuk berbagai pecahan usia.
Mengapa ?.
Karena dalam ajaran Jawa tingkat kedewasaan seseorang juga di-jembatani dari usia, sayangnya makin jauh maju berteknologi, budaya luhur bangsa ini menjadi semakin ditinggalkan dan dianggap sebagai sebuah ajaran menyimpang. padahal ajaran budi pekerti ini adalah sebuah hal dimana masing-masing bangsa akan memberikan identitas pada diri masing-masing orang tersebut.

Kesadaran bangsa ini masih mudah diombang-ambingkan dengan banyaknya faktor, namun sejatinya masing-masing daerah mulai membangkitkan dan menggali kembali kesadaran sastra pada anak didiknya, anak turunnya dan cucu cicitnya.
pendidikan tinggi kadang tidak dapat menggugah nurani kasusasteraan masing-masing individu, bahkan banyak yang terjerumus menjadikan sastra ini sebagi sesuatu hal yang aneh dan mengerikan!!.

Banyak pendapat menjelaskan bahwa sastra ini sendiri adalah sebuah penuturan kisah, angan2, atau hanya sebuah torehan puisi dan sajak ( dapat anda baca pada buku kasustraan, atau pendapat orang luar negeri) bukan hanya sekedar itu.
Namun pendapat saya jelas, bahwa tingkat kasusastraan para pendahulu kita berasal dari keheningan dan budi pekerti luhur untuk memberikan sebuah penjelasan akan adanya ilham atau wisik .
wisik ini dapat diartikan sebagai suara hati nurani terdalam melihat dari sebuah pengalaman hidup yang nyata, atau sebuah rangkuman kehidupan seseorang ( penulis/ pujanga / pujhangga / [ꦥꦸꦗꦁꦒ] / orang yang pandai berbahasa, bertutur ) untuk di jawantahkan ke dalam bentuk tulisan.



Tingkatan seni menulis sendiri seringkali juga dianggap hanya sepele.
Untuk menggali sebuah cerita dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan juga membutuhkan tahap-tahap yang tidaklah mudah. ( diceritakan dari geguritan para pujangga terdahulu ).
Keheningan bathin adalah mutlak dimiliki oleh seorang penulis/ pujangga yang mencari petunjuk kehidupan bagi diri sendiri maupun masyarakat luas.
Hal ini dirangkai dalam memberikan titik nol pada setiap tulisan, yakni tidak terpaut pada setiap unsur-unsur politis serta unsur2 perbedaan SARA, dll.
Terlepas dari itu semua akan didapatkan keheningan tingkat bathin para pujangga untuk menggali sebuah wacana. disinilah sebutan sastra-wi berasal.
Wi disini berasal dari sastra wyanjana = urut-urutaning aksara
Jadi sastrawi disini adalah seseorang yang bisa melakukan sebuah pemberian urutan kasusatraan atau menceritakan secara rapi dan berurutan pada apa yang telah diterimanya secara bijaksana.

Tidak ada Gelar profesor, Doktor atau akademisi untuk menjadi sebuah sastrawi, karena seorang sastrawi sudah mampu mencari jati dirinya dan tidak terkait dengan berbagai macam kontaminan dari apapun juga.

Contoh anggapan masyarakat :
Kadang sastra disamakan dengan puisi yang bersajak seperti contoh :

a a a a
b b b b
a a a a
b b b b

4A
4B
4A
4B

dan lain sebagainya.

kemudian dapat kita adu-kan dengan tembang, geguritan atau sastra dari pujangga terdahulu kita yang paling mudah adalah tembang macapat ( maca papat ).

Tidak semua dapat ditembangkan secara bacaan 4 kalimat 4 kalimat.
terkadang hanya ada 2, bisa saja 6, dlsb.
hingga ringkasnya macapat terpapar menjadi beberapa bagian, yakni :

• Guru Gatra merupakan banyaknya jumlah larik (baris) dalam satu bait.• Guru Lagu merupakan persamaan bunyi sajak di akhir kata dalam setiap larik (baris).• Guru Wilangan merupakan banyaknya jumlah wanda (suku kata) dalam setiap larik (baris)

Seperti yang sudah dijelaskan sendiri di atas banyaknya sastra daerah ini yang punah, tersembunyi, bahkan ada sebagian besar sudah dibawa bangsa penjajah, bahkan banyak dari kitab, primbon dan sastra lainnya dibumi hanguskan dengan alasan syirik, sesat, tidak sesuai dengan agama budaya saat ini atau bahkan ketinggalan jaman.
hal-hal tersebut yang selalu menggaung serta menggerogoti fikir dan hati maupun sendi anak bangsa dalam kehidupan kita selama ini.

Ketidak tahuan mengenai kasusatra-an atau idealnya kita sebut budaya budi pekerti yang kita agungkan selama ini, semakin membuat hidup anak cucu kita di ambang kehancuran moral.

apakah hanya melihat dan mengelus dada serta kita berdoa saja ???
Tentunya tidak ...
Banyak hal yang dapat kita lakukan mulai saat ini, detik ini, dan mungkin sejak anda membaca blog ini untuk menggugah kesadaran masing-masing generasi guna meningkatkan pengetahuan kasusasteraan daerah masing-masing agar ketahanan budi pekerti ini menjadikan Indonesia menjadi negara yang aman adil makmur sentausa,



JAS MERAH, JANGAN SEKALI-SEKALI MELUPAKAN SEJARAH (  Soekarno.red )

~KAS


-bersambung pada penjelasan macapat










0 komentar:

Posting Komentar

Isi nama anda sebelum posting comment ya ?