Rabu, 28 September 2011

:: SIKLUS MASA LALU ::




SIKLUS


Siklus dalam kehidupan kita seperti yang terlihat dalam kehidupan sehari - hari. Seperti Pembuahan - Melahirkan/bertunas/bertelur - anak anak - remaja - dewasa - tua - mati.
Perputaran kehidupan dalam dunia pun masih selalu sama.
Sang Pohon bertanya jika aku mati, apakah besok ketika aku terlahir kembali masih bernama pohon ?
Sang Kambing bertanya 'apakah saat aku mati disembelih besok aku akan menjadi kambing kembali atau menjadi kuda atau banteng ?'
Hanya setiap hewan tidak punya kelebihan untuk mengungkapkannya seperti manusia, mereka mempunyai bahasa masing-masing, seperti cerita kanjeng Nabi Sulaiman ra, Semut pun berbahasa. mereka berkata dengan sesama jenis, seperti Firman Tuhan yang menjelaskan bahwa Makhluk hidupnya berpasang-pasangan dengan Jenisnya sendiri-sendiri.
Sesama jenis yang ada disini adalah Manusia dengan Manusia, jika ada penceritaan pada bab tertulis, semisal pada serat Gatholoco, centhini, Sastrajendra, Dharmagandhul, terlampir serat-serat kakawin yang menjelaskan semua babagan kehidupan secara tersirat. Jika demikian banyak orang yang mengasumsikan secara berbeda, padahal secara literatur telah digambarkan bahwa mengetahui serat dengan bahasa sastra mempunyai banyak sanepan /perumpamaan. Tidak bisa membacanya dengan mata telanjang, karena telah menjadi sebuah 'Ilmu Sastra'.

Pemahaman dari masing - masing orang berbeda-beda, untuk memberikan bentuk 'ajar' sesuai dengan kelebihan ahli sastra harus pelan-pelan satu persatu, seperti membimbing anak kecil untuk mulai berjalan, ketika sudah anak-anak, tentu sifat nakalnya mulai tampak, mbeling, mbethik, bandel dll.
Dengan demikian setelah dewasa diharapkan mengetahui pemahaman secara filsuf, memahami dan menghayati setiap tuntunan, tatanan dan bukan sekedar menjadi tontonan.
Terlebih lagi adalah setiap pengajar harus mempunyai bekal dalam hal ini adalah bekal kesabaran, keikhlasan, pengertian, pemaaf dan ahli tilik sandi.
Setiap alur yang dilalui oleh masing-masing manusia akan memberikan pedoman masa depannya.
Pernahkah pembaca mengalami dejavu ?, atau seperti kejadian yang kita alami adalah sebuah kebetulan belaka dan hampir sama dengan mimpi kita ? atau hari ini pembaca membaca tulisan saya seperti sudah pernah membacanya ?. itu lah anugrah. dan setiap anugrah yang diberikan kadang manusia lupa mempelajari.
Manusia mengerti secara laku karena manusia tersebut berguru mencari seorang Guru untuk memberikan arti perjalanan dan tujuan hidup. 'Sangkan Paran Dhumadi'. Setiap laku yang dijalani hrs dilakukan secara ikhlas, bertanya ketika menemukan sebuah jawaban dari perjalanan laku tersebut, atau pengalaman hidup yang jeli didapat sehingga menjadi kunci keberhasilan di masa yang akan datang.

Tidak bisa manusia mereka perjalanan kehidupannya, karena sejarah masa lalu yang dialami oleh tiap-tiap manusia, apakah manusia itu harus menjadi kafir untuk mengetahui kekafirannya ? apakah harus menjadi fakir untuk akhirnya bisa memberikan kepada orang fakir yang tepat ?, masih banyak perjalanan kehidupan yang kadang manusia tidak menyadari bahwa waktu bergulir, kehidupan itu tidaklah sama antara orang 1 dengan yang lain. masing-masing manusia mempunyai Tugas dan kewajiban yang telah ditulis dalam kehidupan ini, tinggal bagaimana orang tersebut mempelajari dan memanjingkan didalam kehidupan dan hatinya.

Masa lalu pembaca pernah menjadi pelayan raja, menjadi ahli besi, ahli kayu, ahli dagang, dan macam-macam, membaca filosofi tidak akan pernah membuat pembaca menjadi Bodoh, membaca sejarah tidak akan menyakitkan hati karena kita membacanya untuk mempelajari sejarah itu, membaca maknawiah dari serat-serat kuno di Indonesia ini bukan berarti kita akan menjadi ikut kuno atau ketinggalan jaman ? Justru orang kuno pada jaman dahulu melebihi kecanggihan teknologi saat ini.

Percayalah.... Masa lalu itu menjadi Siklus penyempurna kehidupan kita...


semoga bermanfaat.


salam

Penulis


0 komentar:

Posting Komentar

Isi nama anda sebelum posting comment ya ?